© Daniel Cox/UNSPLASH |
Aneh tapi lezat.
Mungkin itu adalah ungkapan yang paling pas waktu aku
mencoba makan kapurung, saat berkunjung ke Toraja Utara pada bulan Oktober 2021
lalu.
Terlahir sebagai peranakan Jawa-Minang yang memang
tumbuh besar di tanah Jawa, aku jelas terbiasa menjadikan nasi sebagai makanan
pokok. Apapun makanannya, nasi tak akan pernah absen. Bahkan saat menyantap
semangkok mie instan, sepiring steak sapi hingga satu kuali panas sukiyaki,
nasi harus ada di sana.
Hingga akhirnya dalam penjejakan pertamaku di tanah
Sulawesi, aku mencoba mengunyah sagu yang dalam pelajaran-pelajaran sekolahku
dulu, dikenal sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia Timur.
Bersama-sama dengan undangan terpilih event Toraja
Highland Festival (THF) 2021 yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, kami
mendatangi Warung Kapurung Singki yang terletak di salah satu sudut Rantepao,
pusat pemerintahan Kabupaten Toraja Utara.
Terbuat dari pugalu
(tepung sagu), kapurung sebetulnya adalah makanan tradisional masyarakat Desa
Luwu, Palopo sana. Dilarutkan dengan air panas hingga mengental, pugalu disajikan dengan kuah berbumbu
kacang yang bercampur aneka sayur mayur serta daging ikan.
Aku bisa merasakan berbagai paduan rempah seperti
cabe, kemiri, bawang putih hingga lada saat kuah kapurung ini masuk ke
kerongkongan. Awalnya saat kapurung tiba di mejaku, aku menatapnya cukup lama,
apakah bisa pugalu itu lolos kutelan?
Namun saat disantap dengan jagung manis, daging ikan dan kuahnya, pugalu justru makin memperkuat cita rasa
asam dan segar dari kapurung.
sop ubi dan kapurung |
Usai menyantap kapurung, semangkok sop ubi pun sudah
tiba di mejaku.
Yang menarik, jika di Jawa aku mengenal ubi sebagai ketela
manis, ubi yang disantap masyarakat Rantepao ini adalah singkong. Dalam sop
ubi, potongan-potongan singkong itu kemudian digoreng dan disajikan bersama
daging ayam kampung, kacang tanah, mie bihun, laksa, daun seledri hingga
akhirnya disiram kuah yang terbuat dari kaldu ayam begitu gurih.
Lagi-lagi aku tak menemukan keberadaan nasi dalam sop
ubi ini karena sumber karbohidrat utama didapatkan dari laksa yang terbuat dari
tepung beras dan singkong goreng itu sendiri. Namun mungkin bisa dibilang bahwa
kapurung dan sop ubi, adalah salah satu pengalaman makan tak terlupa bagiku,
karena aku merasakan kenyang tanpa perlu sebutir nasi masuk ke dalam perut.
Negara Megabiodiversitas yang Menuju Ambang Batas
© webinar Eco Blogger Squad - Yayasan KEHATI |
Berstatus sebagai negara megabiodiversitas,
keanekaragaman hayati (KEHATI) Indonesia memang bertengger di posisi kedua
terbesar di dunia setelah Brasil. Meskipun Nusantara hanya menempati 1,3%
wilayah daratan di Bumi, setidaknya ada 17% dari seluruh jumlah spesies di Bumi
ditemukan di Tanah Air.
Khusus untuk pangan lokal, konon Indonesia punya
sekitar 76 jenis tanaman sumber karbohidrat selain padi.
Membanggakan diri pernah menyantap sagu lewat kapurung
atau singkong lewat kuliner segurih sop ubi, aku mungkin hanya akan
ditertawakan oleh Ibu Pertiwi.
Kenapa begitu?
Karena sebetulnya ada banyak sekali jenis panganan
lokal di penjuru negeri lainnya seperti sukun, jagung, gembli di Gunung Kidul,
talas, kentang, ganyong, labu kuning, jemawut, hingga sorgum di Nusa Tenggara
sana.
Hanya saja meskipun ada banyak sekali pilihan sumber
pangan lokal, beras masih luar biasa digdaya sebagai makanan pokok orang
Indonesia.
Menurut Kementerian Pertanian, konsumsi beras setiap
penduduk Indonesia mencapai 139,15 kilogram per kapita, per tahun. Bandingkan
dengan data seluruh dunia yang hanya sebesar 60 kilogram, tentu membuktikan
kalau masyarakat negeri ini begitu tergantung dengan beras.
Namun pernahkah kalian membayangkan jika beras menjadi
barang langka di Nusantara?
Menurut Mastur selaku Kepala BB-Biogen Kementan kepada
Kompas tahun 2019 lalu, tanaman padi di Indonesia termasuk yang paling banyak
hilang jenisnya sejak Revolusi Hijau di era tahun 1970-an. Hal ini terjadi
karena adanya perilaku penyeragaman jenis tanaman padi yang wajib ditanam para
petani lokal.
Kebijakan bias sejak Orde Baru ini rupanya tak hanya
dialami oleh padi saja, karena sorgum, sagu hingga jemawut juga mengalami hal
serupa.
Emangnya, jadi masalah gitu kalau penanaman monokultur
ini dilakukan?
Masih menurut Mastur, kondisi ini justru bisa memicu
masalah serius seperti serangan hama yang tak terkendali. Kalian harus tahu
bahwa setiap tanaman pangan punya karakteristik berbeda karena mereka memang
dituntut beradaptasi dengan kondisi variatif.
Contohnya seperti sagu yang bisa ditanam di lahan
marjinal dan gambut, sorgum yang bisa tumbuh subur di lahan kering, sampai
beberapa jenis padi yang mampu tumbuh di tanah asam dan tahan wereng.
Bisa dibayangkan kalau semuanya ditanam satu jenis
tanaman yang sama di berbagai jenis lahan yakni padi demi memenuhi kebutuhan
akan beras?
Bukan tak mungkin kalau tanaman padi itu tak akan
mampu menghasilkan beras-beras dengan kualitas unggul, termasuk dalam kandungan
nutrisinya.
Diperburuk lagi dengan Laporan FAO (Organisasi Pangan
dan Pertanian) pada Februari 2019 bahwa berbagai spesies yang berkontribusi
penting bagi sektor pertanian semakin terancam punah, termasuk di Indonesia,
masyarakat negeri ini harus cepat disadarkan soal pentingnya pemahaman KEHATI.
Karena bagaimanapun juga, aneka jenis burung,
kelelawar, mikroorganisme tanah hingga serangga-serangga pengontrol hama dan
penyakit tanaman pangan itu turut memiliki pengaruh penting bagi
keberlangsungan pangan Tanah Air.
© webinar Eco Blogger Squad - Yayasan KEHATI |
Ini hanya menyinggung soal tanaman sumber pangan. Aku belum membahas sekitar 191 dari 650 spesies mamalia Indonesia yang sudah masuk kategori terancam, berdasarkan data indeks spesies sepanjang 1990-2020. Belum juga soal 231 dari 4.782 spesies ikan, 160 dari 1.711 spesies burung hingga 30 dari 755 spesies reptil yang semuanya terancam.
Sayup-sayup kudengar lagu Kolam Susu milik Koes Plus dari kamar Ayahku
berkumandang, liriknya yang begitu kuhapal sejak aku masih kecil bersenandung
memenuhi gendang telingaku:
Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Ahh, aku tersenyum getir. Andai mendiang Tonny Koeswoyo yang menciptakan lagu itu tahu bagaimana kondisi alam negeri ini, berjuang tertatih menolak untuk punah, mungkin lagu Kolam Susu itu akan langsung dia gubah.
Selamatkan KEHATI, Selamatkan Kehidupan
Pernahkah kalian berpikir bahwa satu hal yang kita
lakukan bisa saja mengubah tatanan yang lebih besar?
Mungkin kalau kalian pernah menonton serial NBC
berjudul Heroes yang sangat kusukai
musim pertamanya pada tahun 2006 itu, bakal cukup relate dengan kalimat populer yang dilontarkan Hiro Nakamura (Masi
Oka). Bertempat di sebuah kereta bawah tanah yang waktunya dihentikan, Hiro
yang datang dari masa depan menyampaikan nubuat kepada Peter Petrelli (Milo
Ventimiglia) untuk menyelamatkan Claire Bennet (Hayden Panettiere). ‘Save the cheerleader, save the world’.
Dalam kisah lain, kalimat serupa juga terdapat dari
salah satu film favoritku, SCHINDLER’S
LIST (1993). Dilontarkan dengan begitu memorable
oleh sang tokoh utama Oskar Schindler (Liam Neeson), kalimat ‘Whoever saves one life, save the world
entire’ ternyata berasal dari Talmud, kitab suci orang Yahudi.
Bahkan untuk umat Islam, kalimat serupa juga terdapat
dalam Al-Quran yang sangat suci itu. Cobalah telusuri surah Al-Maidah ayat 32, kalian
bakal menemukan ‘Barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya’.
Bukankah itu artinya kalimat-kalimat tersebut
membuktikan betapa manusia memiliki kemampuan untuk mengubah sesuatu yang
sangat besar, lewat sebuah upaya kecil?
Hal itu pula yang bisa kita lakukan kepada KEHATI.
Dalam webinar
online yang kuikuti bersama rekan-rekanku #EcoBloggerSquad (EBS) angkatan
2021 pada hari Kamis (14/4) pekan lalu, pemahaman itu kembali lagi memasuki pikiranku.
Mendengarkan informasi biodiversity dari
Rika Anggraini yang menjabat sebagai Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan
KEHATI, aku semakin tahu bahwa kita haruslah mempedulikan keanekaragaman
hayati.
Meskipun mungkin tak sepopuler istilah global warming (pemanasan global) maupun
climate change (perubahan iklim), KEHATI
adalah salah satu pilar yang bakal mempengaruhi peradaban manusia. Karena
bagaimanapun juga, KEHATI adalah berbagai bentuk kehidupan di semua tingkat
sistem biologis yang memegang status sebagai Sistem Penunjang Kehidupan.
Apapun dalam kehidupan kita, KEHATI adalah penopang
utamanya.
Manusia, hewan dan tumbuhan, semua terlibat dalam
rantai raksasa keanekaragaman hayati yang sudah ada sejak Bumi ini terlahir
sekitar 4,54 miliar tahun lalu, lewat proses akresi dari nebula matahari.
Menurut Rika, setidaknya ada tiga jasa utama yang
diberikan KEHATI dalam kehidupan.
Pertama, Jasa Lingkungan Hidup seperti ketersediaan
sumberdaya air, melindungi kesuburan tanah, menyerap karbon sampai menjaga
stabilitas iklim.
Kedua, Jasa Manfaat Ekonomi yang meliputi sumber bahan
pangan, sumber EBT (Energi Baru Terbarukan), sumber bahan farasi hingga
penyediaan tempat wisata alam dan bahagir.
Ketiga, Jasa Manfaat Sosial yang melibatkan sumber
kehidupan masyarakat adat, sumber penelitian dan pengembangan IPTEK, jasa
pengembangan nilai-nilai budaya dan religi sampai jasa pendidikan lingkungan.
Dengan berbagai manfaat, tak heran kalau masalah yang
muncul akibat tergerusnya keanekaragaman hayati akan mempengaruhi makhluk hidup
di Bumi. Salah satu yang menjadi perhatian penuh Yayasan KEHATI adalah
persoalan pangan yang sedikit banyak disebabkan warisan rezim politik lama.
program pengelolaan pangan Yayasan KEHATI |
Memahami bahwa tergelincirnya Bumi ke perubahan iklim
bukanlah dongeng masa lampau, mengenalkan sumber-sumber pangan lokal adalah
salah satu upaya terbesar.
Aku sepakat bahwa menyuruh orang Indonesia untuk
mengubah kebiasaannya makan nasi menjadi sorgum, sagu, jagung atau singkong
jelas perjuangan yang hampir mustahil. Untuk itulah berkaca pada berbagai kutipan bahwa hal
kecil yang kita lakukan bisa menyelamatkan lingkungan yang lebih luas,
sepertinya ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk peduli pada KEHATI.
Ya, aku, kamu, kalian dan kita semua.
Kita masih belum kehabisan waktu untuk menjaga dan
menyelamatkan spesies-spesies KEHATI yang terancam.
Tak perlulah langsung ngotot menanam ribuan pohon
lewat uang tabungan sendiri, tapi mulailah membeli satu bibit pohon saja
seperti yang pernah dilakukan oleh para fans K-Pop. Ya, aksi pelestarian alam
kecil yang jika dilakukan secara berantai dan konsisten, akan menjadi harapan
baru untuk KEHATI.
Atau mungkin kalian bisa mengikuti caraku dengan mencoba mengurangi emisi karbon lewat penggunaan listrik dan kendaraan bermotor yang lebih biijaksana. Lebih lanjut kalian juga bisa dengan mulai mencoba sumber-sumber pangan lokal lainnya yang juga luar biasa lezat, bahkan tak kalah dengan kuliner luar negeri itu.
Tentu berbagai hal kecil ini akan bisa membantu Bumi kembali bernapas,
memberikan harapan untuk tunas-tunas baru yang akan tumbuh nanti.
Karena dengan menyelamatkan keanekaragaman hayati, kita menyalamatkan kehidupan.
Saya jg sedang berusaha belajar bertanam kak, di rumah aja dulu sebagai bentuk kecil melestarikan alam
BalasHapusSaya sangat suka makan kapurung, Mbak. Waktu masih tinggal di Makassar, selalu bikin, karena ada tetangga orang Palopo yang kalau mudik bawa sagu. Nah, sekarang cari sagu di sini susah. Kalau kepengin, kadang diganti Aci. Tapi jelas beda rasanya hahaha. Satu lagi, saya suka ongol-ongol.
BalasHapusDan itulah kekayaan Indonesia yang sangat beragam ya, Mbak.
Waaa pak Bambang ternyata asli Makassar yaa, aku belum pernah makan kapurung. jadi penasaran. Keanekaragaman hayati di Indonesia emang bikin bangga dan patut disebut sebagai surga dunia
HapusSatu bibit pohon 🌲 untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.
BalasHapusMemang kerja keras bersama ini, tapi harus diupayakan sedini mungkin
Indonesia memang kaya sekali alamnya, bahkan banyak negara lain yg iri. Semoga alam indonesia tetap lestari dan generasi selanjutnya masih bisa merasakan keanekaragaman hayati di Indonesia.
BalasHapusSebagai orang Indonesia khususnya Jawa, kalau gak makan nasi dianggap gak makan. Makanan lain Hanya dianggap sebagai cemilan. Padahal keanekaragaman hayati Indonesia yg berkarbohidrat itu banyak macamnya
BalasHapusKayaknya satu-satunya makanan Sulawesi yang pernah aku coba hanyalah Coto Makassar. Unik sih rasanya. Next pengen nyobain kapurung juga ah.
BalasHapusSetuju...menyelamatkan keanekaragaman hayati sama dengan menyelamatkan kehidupan. Bumi ini seolah sudah sesak, butuh udara segar yang bisa dihirup supaya makin sehat. Adanya cerobong asap, limbah dan polusi sangat mengganggu kehidupan, dan kita sebagai makhluk penghuni bumi sudah sepatutnya sadar untuk menjaga bumi ini kembali berseri.
BalasHapusSelalu keren deh ngulasnya Mbak Arai. Saya jadi penasaran dengan kapurung.. mungkin di daerah itu padi jarang ya.
BalasHapusduh baca sampai selesai bikin pengen kesana :) Indonesia memang kaya alamnya, Semoga alam indonesia tetap lestari dan generasi selanjutnya masih bisa merasakan keanekaragaman hayati di Indonesia.
BalasHapuskeanekaragaman hayati Indonesia, bikin bangga. Termasuk makanan, aku termasuk orang yang menyukai makanan-makanan indonesia dibanding western food.
BalasHapusahhh nostalgiaa pas makan kapurung di Kendari, makanan area Sulawesi tuh emang khas sama ikan-ikanan sih yaaa. Wahh aku beberapa tahun terakhir malah udh meggerser karbo nasi ke karbohidrat kompleks nih kaya gandum, rolled oat, ubi, kentang, singkong, dan tetep enak buat jadi makanan utama
BalasHapusyang masakan sop ubi itu, kayaknya enak banget ya mbak. Aku sebenere suka banget dengan singkong.
BalasHapusBersyukur banget ya.. tinggal di Indonesia yang begitu kaya akan keragaman hayatinya. Dan pastinya banyak kuliner enak, unik dan sehat yang tercipta dari keragaman tersebut.
BalasHapusIndonesia adalah negara megabiodiversitas. Aku langsung banyak merenung kalau selama ini pasti kurang pengetahuan di bidang ini. Dan selayaknya kita menjaganya dengan menjaga hutan serta isinya yang merupakan sumber kehidupan penyeimbang kesehatan bumi.
BalasHapusMasyaallaaah. Memang bumi Indonesia ini beragam banget keanekaragaman hayatinya. Makanan lokal macem getuk, tiwul atau gatot jadi favoritku kak. Bisa disebut menyelamatkan keanekaragaman hayati kan ?:D
BalasHapus
BalasHapusHehehehe... Keanekaragaman hayati indoensia emang perlu diacungi jempol ya kak. Tanah dan lautannya juga menyimpan banyak potensi. Makanan yang berasal dari dan bentuknya unik pun ternyata punya rasa lezat
ngomongin fans kpop.. pernah baca dalam salah satu riset, mereka tuh yang paling peduli lingkungan lho kalau dibandingkan ama fans2 yang lain. hehehe.. menarik juga ya. btw aku setuju nih mba.. menyelamatkan kehati itu sama aja menyelamatkan kehidupan kita juga
BalasHapus